Senin, 12 Agustus 2013

Menjadi Pribadi Takwa dengan Puasa


Alhamdulillah sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa atau menjalani bulan Ramadhan. Dimana perintah puasa berawal dari QS Al Baqarah ayat 183 :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Takwa, merupakan tujuan dari kita berpuasa. Tapi apakah takwa itu? Hingga selama sebulan ini kita ditempa untuk menjadi insan yg bertakwa?

Pada setiap kesempatan dalam kehidupan kita sehari–hari, kita sering mendengar kata-kata taqwa, bahkan setiap sholat Jum’at khotib selalu mengajak kepada ketaqwaan karena itu merupakan rukun khutbah.
Seperti termuat dalam QS Ali Imran ayat 102 :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam."

Tetapi apa sebenarnya taqwa itu sendiri, mengapa Islam sangat menekankan kepada pemeluknya untuk mempunyai predikat taqwa ?
Taqwa lahir dari rasa keimanan yang kokoh yang selalu dipupuk dengan perasaan diawasi Allah, merasa takut terhadap murka dan adzabnya dan selalu berharap atas limpahan karunia dan maghfirohNya.
Itulah kenapa takwa menjadi tujuan dari kita berpuasa ramadhan, karena bagaimanapun puasa adalah ibadah paling misterius diantara rukun islam lainnya. Hanya kita yang tahu, syahadat, dll pasti mudah diketahui orang lain. Apalagi zakat dan haji.

Puasa adalah bentuk ketaatan, bentuk keimanan kita, tetap menahan lapar  dan dahaga, meski orang2 tidak tahu. Padahal bisa saja kita mengaku puasa, tapi dibelakang makan.
Kita mungkin bisa membohongi orang lain dengan pura2 puasa, tapi tidak kepada Allah Yang Maha Mengetahui. Itulah kenapa puasa adalah saat dimana kejujuran, ketaatan kita kepada Allah dilatih.
Dalam Al Qur’an perintah dan sokongan untuk melaksanakan dan meraih derajat ketakwaan banyak ditemukan, bahkan hampir di setiap halaman pasti kita temukan kalimat taqwa.

Begitu juga dalam kehidupan para sahabat dan salafussoleh.
Sahabat Umar bin Khottob r.a. Bertanya kepada Ubai bin Ka’ab tentang taqwa, Ubai r.a. Menjawab “Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”
“Ya”, jawab Umar
“Apa yang anda lakukan saat itu?”
“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati”
“Itulah taqwa”jawab Ubai r.a.
Berpijak dari jawaban Ubai bin ka’ab itulah Sayyid Qutb berkata dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an: “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut, terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan.

Ibarat jalan berduri, kehidupan juga selalu bertaburan duri-duri godaan dan nafsu, kerakusan dan angan-angan, kekhawatiran dan keraguan, semua godaan yang bersifat keduniaan, yang menjauhkan kita dari rasa iman dan dekat kepada Allah SWT.
Cukup lah kiranya, keutamaan dan pengaruh taqwa merupakan sumber segala kebaikan di masyarakat, sebagai satu-satunya cara untuk mencegah kerusakan, kejahatan dan perbuatan dosa.
Taqwa merupakan pilar utama dalam pembinaan jiwa dan akhlaq seseorang agar dapat menghadapi tantangan kehidupan ini. Dengan takwa jualah seseorang manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta agar ia bersabar atas segala ujian dan cobaan yang Allah berikan kepadanya.
Semoga di hari-hari terakhir di bulan ramadhan ini, dan segala puasa yang telah kita lewati dan segala bentuk ibadah yang menyertai puasa kita hampir sebulan ini. Telah membuat kita menemukan apa arti ketakwaan sebenarnya.

Yakni keimanan yang kokoh dan tak tergoyahkan, perasaan selalu diawasi, rasa takut akan adzab dan murka-Nya, serta rasa pengharapan atas limpahan karunia dan maghfiroh atau ampunannya.
Yang kesemuanya mengarahkan segala sikap dan tingkah laku kita untuk berhati-hati dalam melangkah, menjadi pribadi yang taat terhadap perintah-Nya, serta berhati-hati untuk menghindari sejauh mungkin hal2 yang menjadi larangan-Nya.

Semoga ketakwaan yang telah kita raih di bulan mulia ini, dapat terus kita bawa, kita genggam terus ketakwaan tersebut, kita pertahankan bahkan hingga ramadhan ini berakhir.. Dan seperti jawaban Umar r.a, semoga ketakwaan ini dapat menjadi persiapan kita, sebagai bekal menghadapi 11 bulan setelahnya.

Aamiin ya Robbal Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar